Alur Film Ketika Tuhan Jatuh Cinta

by - Oktober 08, 2021

Aku akan menuliskan poin-poin yang ada di film Ketika Tuhan Jatuh Cinta, sehingga lebih ringkas. 
Aku tambahkan juga quote-quote dalam film Ketika Tuhan Jatuh Cinta ini. 

Tidak kah kau renungkan bahwa segala cobaan dan masalah yang terjadi dalam hidup hingga memaksa kita untuk meneteskan air mata adalah suatu pertanda Ketika Tuhan Jatuh Cinta
Film ini menceritakan tentang kehidupan Ahmad Hizalul Fikri seorang pelukis pasir.
Sebelum menjadi pelukis pasir yang dikenal oleh banyak orang, Fikri adalah seorang mahasiswa yang sedang cuti kuliah, tempat dia berkuliah adalah di Bandung sedangkan dia berdomisili di Garut. 

Selama cuti kuliah tersebut sering terjadi perdebatan  antara Fikri dengan ayah nya yang dipanggil abah, perdebatan nya selalu masalah yang sama yaitu Fikri ingin kembali kuliah sedangkan abahnya meminta Fikri agar lebih memperdalam agama salah satu nya dengan menjadi marbot mesjid. 

Hingga suatu hari, Fikri pamit kepada ibunya untuk pergi ke Bandung dengan niat menjual lukisan, tapi abah nya yang tau hal tersebut tidak setuju bahkan menyuruh Fikri agar tidak kembali ke rumah. 

Ibu nya Fikri yang dipanggil Umi hanya bisa diam lalu setelah abah pergi, segera Umi memberikan uang tabungan nya dan cincin untuk digunakan Fikri bila keadaan mendesak  selama di Bandung. 

Selama di Bandung, Fikri menawarkan lukisan ke berbagai gallery atau kadang membuat lukisan 
baru di trotoar.

Dalam keadaan sulit pun, Fikri tetap membantu orang lain seperti memberi makanan pada seorang ibu yang mengucap kalimat kelaparan sambil  mendekap anak nya dengan erat. 

Hingga suatu hari Fikri melihat salah satu gallery yang bernama Xien, berniat untuk menawarkan lukisan tapi tidak disambut oleh bapak pemilik gallery, dengan cara menutup gallery tersebut. 

Jadinya Fikri bermalam di teras gallery Xien, pagi nya Fikri langsung menawarkan lukisan nya, meski terdapat penolakan Fikri langsung pergi dengan meninggalkan lukisan nya  dengan harapan nanti akan diterima dengan baik. 

Berkat anak pemilik gallery yang bernama Lidya, lukisan Fikri mendapat tempat di gallery Xien bahkan Fikri diperbolehkan tinggal ditempat tersebut. 

Pemilik gallery adalah seorang bapak yang sudah berumur, biasa di panggil dengan koh achong, berbeda agama dengan Fikri tapi baik dalam banyak hal seperti mengingatkan sholat.

Akhirnya Fikri dapat berkuliah kembali, yang memberi materi dikelas adalah asisten dosen, seorang gadis berjilbab yang bernama Leni Meysari,  dia  merupakan teman Fikri yang dikenal sejak awal kuliah. 

Fikri dan Leni sering membicarakan banyak hal termasuk masalah keluarga, seperti ada ketertarikan diantara keduanya, namun sejak awal kuliah sampai Leni akan segera lulus mereka tidak pernah terikat oleh hubungan lebih dari teman. 

Selain Leni, Fikri memiliki seorang teman akrab yang bernama Irul, saat tengah asik mengobrol 
berdua, Irul datang sambil berkata kalau Fikri sulit dicari karena sering pacaran dengan Leni, namun saat itu Fikri membantah dengan mengatakan kalau mereka adalah teman. 
Tampak nya Leni sedih dengan perkataan Fikri. 

Esok hari nya di perpustakaan kampus, Leni mencurahkan isi hatinya melalui tulisan di bukunya,
"Aku menjadi sebait Puisi yang kesepian semakin ku coba bernyanyi kian sesak hati ku, sabda sabda cintaku kini serasa tak bermakna lagi adalah ketika yang ku sanjung tak memiliki arti bahasa hati".
Beberapa saat kemudian Fikri menghampiri Leni, tampak nya Leni menjawab dengan nada kesal jadi Fikri menawarkan untuk bicara berdua diluar. 
Di bawah langit malam yang indah, Fikri menawarkan Leni untuk menjadi model lukisan nya, Leni setuju, sejak saat itu Fikri dan Leni lebih sering bertemu.

Pada hari dimana Leni lulus kuliah, Fikri memberi hadiah sebuah lukisan sedangkan Leni memberi kabar kalau dia akan kembali ke kampung halaman nya yaitu Jampang, juga memberi amplop yang boleh dibuka ketika mereka tidak berdua. 

Ketika akan tidur Leni membuka hadiah lukisan dari Fikri yang ternyata ada sebuah surat di dalam nya, isi surat nya adalah 
"langit masih biru dari pertama kali di ciptakan sampai sekarang, embun pun masih bening dan sejuk, setiap kali hadir di dedaunan yang merindunya tanpa henti, nama mu pun juga tak mau kalah masih tetap tersimpan dihati ini sejak waktu mempertemukan, akhirnya sampai pada satu kesimpulan ruh ku bertasbih pada tuhan semesta alam, isyarat cinta kepada-Nya dan kepada mu". 
Sedangkan isi surat Leni untuk Fikri adalah " hari berganti waktu pun berlalu tak mau memahami, kisah yang telah kau berikan padaku kini ku bingkai indah tak mau ku hapus walau dengan kehadiran pangeran lain". 
Seusai baca surat Leni mengucap alhamdulillah, tampak salah tingkah lalu dia segera menghubungi fikri via sms, setelah saling berbalas pesan Fikri menghubungi Leni, untuk memastikan perasaan mereka berdua dengan menanyakan soal khitbah, dengan berbunga-bunga Leni mengiyakan. 
Karena kondisi keuangan Fikri lumayan membaik dia mengirim sebuah hp dan uang untuk keluarga nya yang ada di Garut. 

Meski tanpa bertatap muka, umi Fikri senang mendengar suara anak nya, tapi abah datang merampas hp kiriman Fikri dan bicara hal yang kurang nyaman, abah menyuruh Humaira adik nya Fikri untuk membuang hp tersebut dan mengembalikan uang pemberian Fikri. 

Sebagai pembuktian pada abah  kalau dirinya bisa skses, Fikri akhirnya menyetujui desakan Lidya selama ini untuk mengadakan pameran. 

Perencanaan pameran lukisan itu dilakukan oleh Lidya dibantu Irul, saat meeting soal pameran Fikri baru tau kalau Irul dan Lidya berpacaran, Fikri mengingatkan Irul tentang perbedaan agama diantara keduanya juga berharap Irul tidak menyakiti perasaan Lidya, pastinya karena selama ini Fikri tau kalau Irul pria yang sering mempermainkan perasaan wanita. 

Sedangkan perasaan bahagia untuk hubungan Fikri dan Leni hanya bertahan sebentar, karena orang tua Leni ternyata menjodohkan Leni dengan pria lain yang lebih mapan dengan pekerjaan tetap. 
Karena sangat sedih dan bingung menjelaskan soal perjodohan nya kepada Fikri, leni hanya bisa menghindar, sampai dia memberanikan diri untuk menjelaskan secara langsung kepada Fikri. 

Selain menjelaskan soal perjodohan, Leni mengatakan siap untuk kawin lari dengan Fikri, Fikri menolak untuk kawin lari, tetapi meminta pendapat lain dari Leni. 

Pada akhir pertemuan Fikri menyuruh Leni untuk setuju dengan keputusan orang tua nya karena menurut nya nikah tanpa restu tidak akan barokah.

Fikri melampiaskan rasa sakit dan sedih nya dengan membuat lukisan. 
"berkali kali sudah ku dapati bahwa rasa begitu menikam ku, memendam ini sangat menyakitkan untuk ku melihat mu aku mampu tersenyum, disaat bersamaan aku mampu untuk terbaring hening diam luka ini begitu dalam  hingga pasir pun tak dapat berkata apapun hingga tangan tak mampu  bergerak lupa aku apa itu artinya cinta". Ucap Fikri dalam hati.
Kisah ini semakin penuh emosi dengan meninggalnya koh achong karena serangan jantung, akibat mendengar percakapan Lidya dan Irul yang menyatakan kalau Irul menolak bertanggung jawab atas kehamilan Lidya. 

Saat koh Achong meninggal Fikri lah yang memberi dukungan untuk Lidya, sampai suatu hari dia tau kalau Lidya hamil sedangkan Irul tidak mau bertanggung jawab. 

Fikri segera Mendatangi Irul dirumah nya, karena sikap pengecut Irul dia tidak menemui Fikri. 

Lalu Fikri menuju hotel untuk mengirimkan lukisan yang di pesan oleh seseorang yang sangat menyukai karya-karya nya, orang itu bernama Shira. 

Sampai di hotel Fikri malah bertemu dengan adiknya Humaira yang bekerja tanpa menggunakan jilbab. Humaira menerima pekerjaan itu karena abah dan umi sudah sakit-sakitan tapi tidak mau ke dokter katanya karena biaya nya mahal, sedangkan abah tidak mau menerima uang pemberian Fikri. 

Setelah itu Fikri pulang ke Garut, untuk mengkonfirmasi tentang adiknya yang buka jilbab pada umi nya, ternyata umi sudah tau tetapi tidak menegur karena merasa Humaira menyukai pekerjaan nya, tapi saat abah datang seperti biasa abah berbicara hal-hal yang tidak menyenangkan. 

Tiba lah hari dimana Fikri mengadakan pameran nya.
Saat itu Shira, wanita berjilbab yang menyukai banyak karya Fikri pun datang, karena Fikri sudah lumayan tau soal Shira yang suka akan karya-karya nya maka dia pun menyapa Shira. 

Setelah Fikri dan Shira bertemu secara langsung tiba lah waktu dimana Fikri menunjukan keahlian nya dalam melukis pasir, ternyata diantara banyak nya penonton ada Leni.

Pernikahan Leni dengan suami nya yang bernama Handi masih belum baik, Leni sama sekali belum disentuh layaknya istri bahkan Leni meminta Handi untuk segera menceraikan nya. 

Usai pameran Fikri, Leni menjelaskan kalau dia tidak bisa melupakan Fikri dan berniat bercerai dengan suami nya, Fikri menjelaskan kalau dia punya perasaan yang sama tapi Fikri ingin hubungan nya dengan Leni tetap menjadi masa lalu. 

Mendengar nya Leni sedih apalagi diantara mereka terlihat Shira yang memperhatikan dari dikejauhan. 

Usai pameran lukisan tersebut, Fikri menjadi pelukis pasir yang lebih dikenal orang bahkan dimuat dalam surat kabar. 
Keluarga Fikri dikampung tau akan hal itu, dan semua nya senang termasuk abah nya yang tersenyum tipis.

Hubungan Fikri dan Shira semakin dekat, bila dulu dengan Leni banyak mengobrol tentang keluarga dengan Shira Fikri banyak membicarakan lukisan. 

Seperti membicarakan salah satu lukisan karya fikri yang sangat disukai Shira, lukisan seorang ibu yang memeluk anak nya.
Lukisan tersebut adalah Gambaran dimana ada satu situasi  yang memaksa anak kecil meneteskan air mata dalam kesedihan nya, ibu sebagai simbol  ketika saat ini ada seorang ibu yang merangkul dia menenangkan dia sebagai analogi ketika tuhan jatuh cinta.

Waktu pun terus berlalu, Fikri berada diantara dua wanita yaitu Shira dan Lidya yang memberi nya perhatian-perhatian.
Hingga suatu hari Fikri menerima telepon kalau orang tua nya meninggal karena kecelakaan, dia berkabung dengan adiknya dirumah Garut. 

Fikri dan adiknya Humaira saling menguatkan dengan bercerita banyak hal tentang kedua orang mereka termasuk saat abah tersenyum melihat Fikri masuk koran.
Shira pun ikut menguatkan Fikri, salah satu kalimat Shira agar Fikri tidak berlarut-larut dalam kesedihan adalah 
"Kita semua milik allah sama aja dengan meminjam kita harus rela mengembalikan nya, biarkan allah memeluk kamu dan menunjukan bahwa allah sedang jatuh cinta padamu".
Hidup nya yang masih diliputi oleh rasa sedih tersebut, membuat Fikri belum menetapkan pilihan hatinya kepada Shira atau Lidya, padahal karena kehadiran Fikri membuat Shira ragu untuk melanjutkan S2. 

Sedangkan Lidya yang rapuh karena seorang Irul yang bajingan, membuat dia melakukan percobaan bunuh diri dengan menelan banyak pill, untung nya Fikri berhasil menyelamatkan Lidya, karena sebatang kara yang merawat Lidya adalah Fikri, saat menyapi Lidya Shira melihat nya dibalik jendela rumah sakit, hati yang sakit membuat dia memantapkan diri untuk mengambil beasiswa S2 nya lalu menitip surat perpisahan pada adiknya Fikri yaitu Humaira. 

Saat Fikri pulang ke rumah, Humaira segera memberikan surat perpisahan dari Shira, mengetahui kalau Shira belum lama pergi Fikri bergegas mencarinya.
Ternyata shira masih berada di pantai dekat rumah Fikri, shira tetap mengucapkan kalimat perpisahan sambil membelakangi fikri, padahal fikri sedang memegang cincin dari ibu nya dulu yang seperti nya untuk melamar shira, 

Film ketika Tuhan Jatuh Cinta pun berkahir 
Tapi ada adegan tambahan dimana fikri menggendong bayi perempuan. 

Pemeran Film : 
Reza rahardian
Aulia sarah
Renata Kusmanto
Ibnu jamil
Tamara Tyasmara
Didi Petet
Dewi irawan
Joshua Pandelaki
Enzy Storia
Maya Yuliana

Bahas film lain nya bisa cek dipostingan lain.





You May Also Like

0 Comments